MALAM LAILATUL QADAR

Salah satu keistimewaan pada Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar bahkan satu-satunya malam yang secara khusus dijelaskan dalam satu keseluruhan surat, yaitu surat Al-Qadr. Dalam surat Al-Qadr disebutkan bahwa malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan. “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan,” (QS al-Qadr ayat 4-5).

Malam Lailatul Qadar merupakan malam ampunan. Dilansir dari laman resmi Lembaga Fatwa Mesir, Grand Syekh al-Azhar Ahmad Thayyib, malam lailatul qadar berarti malam ampunan, diterimanya amal, dan dijauhkan dari api neraka. Pada malam itu, disebutkan juga segala aktivitas ibadah lebih baik dari ibadah pada seribu bulan. “Para malaikat pun turun ke Bumi untuk memberi salam pada orang-orang Islam yang berpuasa dan memohonkan ampun untuk mereka,” kata Syekh Ahmad Thayyib. Karena begitu besar keutamaannya, waktu turunnya malam lailatul qadar bahkan dirahasiakan oleh Allah di sepuluh malam terakhir agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

 

Ciri-ciri atau tanda malam lailatul qadar

dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad memerintahkan sebagai berikut: “Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Adapun Tanda datangnya malam lailatul Qadar adalah sebagai berikut

  1. Udara yang tenang dan sejuk

Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”

  1. Matahari terbit dengan teduh

Ciri-ciri malam lailatul qadar adalah cahaya mentari teduh, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Hal ini berdasarkan dari hadis Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Keesokan hari malam Lailatul Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan.”

 

Keutamaan malam Lailatul Qadar

Pada malam lailatul qadar terdapat berbagai keutamaan di dalamnya.

  1. Lebih baik dari seribu bulan Di malam lailatul qadar, merupakan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Hal itu seperti dalam firman Allah SWT berikut: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al Qadr ayat 3). Syekh Abdul Halim Mahmud dalam Syahr Ramadhan menghitung seribu bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan. “Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadr (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadr lebih baik dari (usia) zaman,” kata Syekh Abdul Halim.
  2. Diampuninya Dosa-dosa

Selain itu, malam lailatul qadar juga menyimpan keutamaan lain yakni dosa seorang Muslim akan diampuni. Tentu saja itu berlaku bagi setiap Muslim yang menghidupkan malam Lailatul Qadar. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR Bukhari).

  1. Dikabulkannya doa-doa

Syekh Ahmad Thayyib juga mengatakan, segala doa yang tidak diterima di waktu-waktu lain akan diterima di malam lailatul qadar. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh umat Islam untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, istighfar, membaca Al Quran, dan mengharap rahmat Allah. 3. Malam penuh berkah Malam Lailatul Qadar juga merupakan malam yang menyimpan beribu berkah. Hal itu dijelaskan dalam surat Al Dukhan ayat 3 sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi,” (QS Al Dukhan ayat 3).

  1. Malam dicatatkannya takdir tahunan

Hal itu sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al Dukhan ayat 4: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,” (QS Al Dukhan ayat 4). Beberapa ulama menafsiri “segala urusan” dalam ayat tersebut dengan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan makhluk, seperti hidup, mati, rezeki, untung baik, untung buruk, dan sebagainya. Sehingga malam Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.

Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan dan Amalan yang Disyariatkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umat Islam agar memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist di atas menunjukkan bahwa terdapat keistimewaan beramal di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Selain itu, ada dua alasan mengapa Rasulullah menekankan untuk memperbanyak amalan di 10 hari terakhir Ramadhan, yaitu setiap amal dinilai dari akhirnya dan diharapkan mendapati malam Lailatul Qadar.

Hal ini seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Allah menyebut keutamaan lailatul qadar:

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 3-5)

Selain itu, ada banyak hadist yang menyebutkan keutamaan malam lailatul qadr, salah satunya adalah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)

Terdapat sejumlah amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Ramadhan, terutama 10 malam terakhir untuk mendapatkan lailatul qadar.

1. Perbanyak Membaca dan Mentadabburi Al-Qur’an

Di 10 hari terakhir Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu malam diturunkannya Al Qur’an.

Bulan Ramadhan, bulan yang diturunkan di dalamnya Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)” (QS. Al Baqarah : 185)

Pada bulan Ramadhan, malaikat Jibril menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersama membaca dan mengulangi bacaan Al Qur’an. Di bulan Ramadhan, para Sahabat dan salafus shalih berlomba-lomba mengkhatamkan Al Qur’an, baik dalam bacaan shalat ataupun bacaan di luar shalat.

Selain dibaca, kita juga harus memahami arti dan maknanya. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang luar besar nilainya. Tapi mentaddaburi dan memahami maknanya, kemudian mengambil petunjuk hidup darinya, itulah tujuan Al Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Ramadhan bulan membaca dan mentaddaburi Al Qur’an.

2. Sholat Malam

Sholat malam adalah salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam lailatul qadar. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:

Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)

3. I’tikaf

I’tikaf memiliki arti berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu sebagaimana dikutip dari al-Inshaf fi Hukm al-I’tikaf. Salah satu kebiasaan Rasulullah di sepuluh terakhir Ramadhan adalah melakukan i’tikaf.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadhan, dan beri’tikaf selama dua puluh hari pada tahun beliau wafat”. (HR. Bukhari)

I’tikaf dilakukan dengan menetap di masjid selama waktu i’tikaf, baik itu siang ataupun malam hari, dan tidak keluar dari masjid kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang darurat, seperti makan dan buang air.

I’tikaf tidak hanya serta-merta berdiam saja tanpa melakukan apapun. Berdasarkan dengan tujuan i’tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka orang yang beri’tikaf seyogyanya mengisi amal ibadah.

Amalan-amalan seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, serta memperbanyak doa dan tafakkur harus menjadi pelengkap i’tikaf.

4. Sedekah

Kemuliaan lailatul qadar juga dapat diperoleh dengan memperbanyak sedekah. Memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu:

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawaan beliau akan bertambah pada bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Beliau bertemu dengan Jibril setiap malam Ramadhan untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dari hembusan angin (yakni sangat mudah mengeluarkan sedekah).” (HR. Bukhari)

Sedekah di bulan Ramadhan bisa kita lakukan dengan mengeluarkan sedekah seperti biasanya, dan kita akan mendapatkan nilai lebih jika sedekah itu dilakukan dengan memberi makanan berbuka, karena kita mendapatkan pahala sedekah dan pahala memberi makan orang berbuka puasa.

5. Umroh

Ibadah umrah dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun umrah di bulan Ramadhan memiliki nilai pahala yang lebih tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Umrah di bulan Ramadhan (pahalanya) menyerupai haji” (HR. Tirmidzi)

 

Sejarah dan Arti Nuzulul Qur’an

Nuzulul qur’an menjadi salah satu peristiwa penting bagi umat Islam di dunia. Berikut sejarah dan arti nuzulul qur’an di malam turunnya Alqur’an. Nuzulul qur’an selalu diperingati di setiap 17 Ramadan. Arti dari nuzulul qur’an adalah peristiwa turunnya Alqur’an dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk umat manusia.

1. Sejarah Peristiwa Nuzulul Qur’an

Proses turunnya Alquran terjadi dalam dua tahap:

Tahap pertama, Alquran diturunkan pada malam lailatul qadar. Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz pada malam lailatul qadar.
Tahap kedua, diturunkan secara bertahap melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Alquran pertama kali diturunkan saat Rasulullah SAW berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Saat itu Nabi Muhammad SAW sedang menyepi untuk menenangkan hati.
Pada saat yang bersamaan Allah SWT meminta Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyuNya kepada Rasulullah. Malaikat Jibril membawa ayat yang pertama kali diturunkan, surat Al-Alaq yang berisikan 5 ayat.
Malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca surat tersebut. Namun, Rasulullah bergeming dan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membaca surat tersebut.
Maka dari itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca melalui surat Al-Alaq.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,” firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5,

Surat ini jugalah yang menjadi penanda bahwa Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul.

Setelah tahap pertama ini, Alquran turun secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat yang diturunkan oleh Allah SWT menyesuaikan dengan keadaan sosial, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah, di masa nabi.
Ayat terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-Maidah ayat 3. Ayat itu turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.
Setelah itu, Nabi Muhammad pergi dari Makkah ke Madinah untuk mengumpulkan pada sahabat. Beliau memberikan kabar bahagia bahwa agama Islam telah sempurna dengan turunnya Alquran.
Para sahabat yang mendengar kabar bahagia tersebut, seraya berkata: “Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.”

2. Arti dari Nuzulul Qur’an

Kata nuzulul qur’an berasal dari dua kata yaitu nuzul dan Alqur’an. Secara harfiah arti kata nuzul adalah menurunkan sesuatu dari tempat tinggi ke rendah. Sementara, kata qur’an diambil dari Alqur’an yang merupakan kitab suci umat Islam.
Apabila digabungkan, arti nuzulul qur’an adalah proses turunnya Alqur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi. Arti lebih lengkapnya adalah peristiwa turunnya Alqur’an dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril.
Peristiwa Nuzulul Qur’an dapat diartikan sebagai penyampaian informasi atau wahyu dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebenaran.
Pada malam turunnya Alqur’an, dipercaya bahwa malaikat diutus oleh Allah SWT untuk turun ke bumi. Mereka diperintahkan untuk memberikan doa kepada setiap orang yang beribadah.
Umat Islam dapat memperbanyak ibadah dengan beriktikaf di masjid, tadarus Alqur’an, memperbanyak sedekah, salat tarawih dan witir, memperbanyak zikir, serta memperbaiki sikap. Dengan demikian, kita sebagai umat Muslim bisa mendapatkan berkah di malam nuzulul qur’an.

 

Acara Buka Puasa Bersama

Alhamdulillah Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Darul Muttaqin mengadakan Acara buka Puasa bersama di RM. Gilar-gilar Lebaksiu pada tanggal 14 April 2022. Acara dihadiri oleh Semua Santri, Pengurus dan Dr. Ir. H. Adji Sularso, MMA sebagai Narasumber sekaligus Pembina Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Darul Muttaqin Balapulang Kulon Kec. Balapulang Kab. Tegal Jawa Tengah.
Acara diisi dengan Kultum santri, LPJ santri, Pembagian Hadiah untuk santri berprestasi, Pembekalan dan nasihat untuk para santri dari narasumber.

berikut dokumentasi kegiatan tersebut :